Rabu, 10 Oktober 2012

PARASITOLOGI (TAENIA SP)


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Sejarah
      Cacing pita dari sapi, telah dikenal sejak dahulu, akan tetapi identifikasi cacing tersebut baru menjadi jelas setelah tahun 1782, karena karya Goeze dan Leuckart. Sejak itu, diketahui adanya hubungan antara infeksi cacing Taenia Saginata dengan larva sistiserkus bovis, yang ditemukan pada daging sapi. Bila seekor anak sapi diberi makan proglotid gravid cacing Taenia saginata, maka pada dagingnya akan ditemukan sistiserkus bovis (Sutanto, 2008).

2.2    Hospes dan Nama Penyakit
      Hospes difinitif cacing pita Taenia saginata adalah manusia dan hewan, pada hewan terdapat pada sapi dan kerbau. Dan nama penyakitnya Taeniasis saginata (Sutanto, 2008).

2.3    Distribusi Geografik
      Penyebaran cacing adalah kosmopolit, didapatkan di Eropa, Timur Tengah, Afrika, Asia, Amerika Utara, Amerika Latin, Rusia dan juga Indonesia yaitu Bali dan Jakarta (Sutanto,2008).
      Penyakit ini relatif umum di Afrika , beberapa bagian Eropa Timur , Filipina ,dan Amerika Latin . Manusia terinfeksi ketika mereka makan daging sapi yang tidak dimasak sepenuhnya (Anonim, 2011).
      Parasit ini ditemukan di mana saja di mana daging sapi dimakan, bahkan di negara-negara seperti Amerika Serikat di mana ada kebijakan yang ketat sanitasi federal. Di AS kejadian terinfeksi rendah, bagaimanapun, 25% dari sapi yang terinfeksi masih dijual (Anonim, 2011).
2.4    Klasifikasi
Kingdom      : Animalia
Phylum         : Platyhelminthes
Class            : Cestoda
Ordo            : Cyclophyllidea
Family                   : Taeniidae
Genus          : Taenia
Species        :Taenia saginata (Purnomo, 1987)

2.5    Morfologi


 
Gambar 2.1 Taenia saginata

      Taenia saginata adalah salah satu cacing pita yang berukuran besar dan panjang terdiri atas kepala yang disebut skoleks, leher dan strobila yang merupakan rangkaian ruas-ruas proglotid, sebanyak 1000 – 2000 buah. Panjang cacing 4 – 12 meter atau lebih. Skoleks hanya berukuran 1 – 2 milimeter, mempunyai empat batil isap dengan otot-otot yang kuat tanpa kait – kait. Bentuk leher sempit, ruas-ruas tidak jelas dan didalamnya tidak terlihat struktur tertentu. Strobila terdiri atas rangkaian proglotid yang belum dewasa(imatur), proglotid yang dewasa (matur) dan proglotid yang mengandung telur atau disebut gravid(Sutanto,2008)
      Ovarium terdiri atas dua lobus, berbentuk kipas, besarnya hampir sama. Letak ovarium di sepertiga bagian posterior proglotid. Vitelaria letaknya dibelakang ovarium dan merupakan kumpulan folikel yang eliptik (Sutanto, 2008).
      Taenia saginata memiliki Proglotid dengan Jumlah segmen mencapai 2000. Dan  Segmen matur panjangnya 3-4 kali lebarnya. Segmen gravida paling ujung panjangnya 2 cm dan lebarnya 0,5cm. cacing ini juga mempunyai Lubang genital berada didekat ujung posterior. Uterus pada segmen gravida berupa batang memanjang ditengah segmen, bercabang lateral 15-30 di setiap sisi yang memenuhi ruang segmen. Segmen gravida dilepaskan satu persatu dan dengan kekuatan sendiri mampu bergerak keluar anus (Heru, 2002).
      Morfologi dari telur cacing Taenia saginata yaitu berbentuk bulat, memiliki ukuran 30-40 µm. kulit sangat tebal, halus, dengan garis-garis silang. warna kulit kuning gelap-coklat. isi terang abu-abu. Berisi masa bulat bergranula yang diliputi dengan membran yang halus, dengan tiga pasang kait berbentuk lanset yang membias, kadang-kadang telur berada mengambang didalam kantung yang transparan (Heru, 2002).


Gambar 2.2 Telur Taenia saginata

2.6    Daur Hidup



Gambar 2.3 Siklus Hidup Taenia Saginata

      Uterus tumbuh dari bagian anteriorootip dan menjalur kebagian anterior proglotid. Setelah uterus ini penuh dengan telur, maka cabang – cabangnya akan tumbuh, yang berjumlah 15-30 buah pada satu sisinya dan tidak memiliki lubang uterus (Porus Uterinus). Proglotid yang sudah gravid letaknya terminal dan sering terlepas dari strobila. Proglotid ini dapat bergerak aktif, keluar sendiri dari lubang  dubur dengan spontan. Setiap harinya kira-kira  9 buah proglotid dilepas. Proglotid bentuknya lebih panjang. Telur dibungkus oleh embriofor yang bergaris garis radial, berukuran 30 – 40 x 20 – 30 mikron, berisi embrio heksakan atau onkosfer.  
     Telur yang baru keluar dari uterus masih diliputi selaput tipis yang disebut lapisan luar telur. Sebuah proglotid gravid kira-kira 100.000 buah telur. Waktu proglotid terlepas dari rangkaiannya dan menjadi koyak cairan putih susu yang mengandung banyak telur mengalir keluar dari sisi anterior proglotid berkontraksi waktu gerak (Sutanto, 2008 ).
      Telur melekat dirumput bersama tinja, bila orang berdefekasi dipadang rumput. Ternak yang memakan rumput yang terkontaminasi dihinggapi cacing Taenia saginata, oleh karena telur yang tertelan di cerna dan embrio heksakan menetes. Embrio heksakan disaluran pencernaan ternak menembus dinding usus, masuk ke saluran getah bening atau darah dan ikut dengan aliran darah ke jaringan ikat di sela-sela otot untuk tumbuh menjadi cacing gelembung, disebut sistiserkus bovis yaitu larva Taenia saginata. Peristiwa ini terjadi setelah 12 – 15 minggu (Sutanto, 2008).
      Bagian tubuh ternak yang sering dihinggapi larva tersebut adalah otot maseter, paha belakang dan punggung. Otot bagian lain juga dapat dihinggapi. Setelah satu tahun cacing gelembung ini biasanya mmengalami degenerasi, walaupun ada yang dapat hidup sampai 3 tahun (Rosdiana, 2010).
      Bila cacing gelembung yang terdapat pada daging sapi yang dimasak kurang matang termakan oleh manusia, Skoleksnya keluar dari cacing gelembung dengan cara evaginasi dan melekat pada mukosa usus halus biasanya yeyunum. Cacing gelembung tersebut dalam waktu 8 – 10 minggu menjadi dewasa. Biasnya di rongga usus  hospes terdapat seekor cacing (Rosdiana, 2010).
      Adapun Referensi lain yang menjelaskan tentang siklus hidup Taenia saginata yaitu siklus hidup Taenia saginata dimulai, ketika telur lulus dalam tinja dari manusia yang terinfeksi dalam wadah yang disebut proglottid atau segmen cacing pita. Mereka dapat bertahan beberapa bulan di lingkungan. Jika seekor sapi (host intermediate) feed pada vegetasi terkontaminasi, ingests telur matang atau proglottids gravid. Dalam usus kecil yang disebut larva oncospheres menetas, menembus dinding usus, memasuki aliran darah dan bermigrasi ke jaringan otot (jarang ke hati atau organ lain), di mana mereka encyst ke cysticerci. Yang seukuran kacang cysticerci dapat bertahan selama bertahun-tahun dan masih infektif ketika manusia makan daging. Jika daging sapi tidak dimasak dengan benar, cysticerci excyst di usus kecil dan berkembang menjadi dewasa dalam waktu dua bulan. Dewasa melekat pada dinding usus dengan scolex mereka menggunakan empat pengisap. Scolex memiliki penampilan berbentuk buah pir dan cangkir-seperti mencapai 1-2 mm. Hal ini melekat pada leher yang mulai memproduksi proglottids yang membentuk, datar panjang, tubuh tersegmentasi juga dikenal sebagai strobila. Para proglottids matang dan tumbuh lebih besar karena mereka mendapat lebih dari leher. Mereka adalah sekitar 16-20 mm dan panjang 5-7 mm lebar dan proglottid masing-masing memiliki organ reproduksi sendiri. Mereka menyerap nutrisi melalui membran mereka dan memproduksi hingga 100.000 telur per hari. Proglottids putus dari ekor dan bergerak dengan kotoran keluar dari tubuh manusia. Sebuah cacing dewasa Taenia saginata adalah keputihan dalam warna dan memiliki sekitar 1000-2000 proglottids dan sekitar enam dari mereka terlepas setiap hari. Telur biasanya tinggal di dalam proglottids sampai mereka keluar di lingkungan. Ketika mengering proglottid, itu pecah dan melepaskan telur. Telur berembrio, kenari coklat dan sekitar 35 mikrometer diameter memiliki oncosphere 6-bengkok di dalam shell tebal. Jika kotoran mendarat di tanah penggembalaan untuk ternak, sapi mungkin tidak sengaja menelan proglottids atau telur. Taenia saginata dapat hidup sampai 25 tahun. Hal ini dapat tumbuh hingga 5 meter namun dalam beberapa kasus bisa mencapai panjang lebih dari 10 meter (melingkar di saluran usus) (Anonim, 2008).

2.7    Patologi dan Gejala Klinis
      Cacing dewasa Taenia Saginata, biasanya menyebabkan gejala klinis yang ringan,seperti sakit ulu hati,perut merasa tidak enak, mual, muntah, diare,pusing atau gugup. Gejala tersebut disertai dengan ditemukannya proglotid cacing yang bergerak-gerak lewat dubur bersama dengan tinja. Gejala yang lebih berat dapat terjadi, yaitu apabila proglotid masuk apendiks, terjadi ileus yang disebabkan obstruksi usus oleh strobila cacing. Berat badan tidak jelas menurun. Eosinofilia dapat di temukan di daerah tepi (Gandahusada, 1998).
      Namun infeksi berat sering menyebabkan penurunan berat badan, pusing, sakit perut, diare, sakit kepala, mual, sembelit, atau gangguan pencernaan kronis, dan kehilangan nafsu makan (Anonim, 2011).     
      Namun infeksi berat sering menyebabkan penurunan berat badan, pusing , sakit perut , diare , sakit kepala , mual , sembelit , atau gangguan pencernaan kronis , dan kehilangan nafsu makan (Anonim, 2011).

2.8    Epidemologi
      Taenia Saginata sering ditemukan di Negara yang penduduknya banyak mengkonsumsi daging sapi atau kerbau. Cara penduduk mengkonsumsi daging tersebut yaitu memakan (well down), setengah matang (medium), atau mentah dan cara memelihara ternak memainkan peranan. Ternak yang dilepas dipadang rumput lebih mudah di hinggapi Taenia Saginata, daripada ternak yang dipelihara dan dirawat dengan baik dikandang (Sutanto, 2008).

2.9    Pengobatan
      Obat yang digunakan untuk mengobati Taeniasis saginata  yaitu :
-      Obat lama : Kuinakrin, Amodiakuin, Niklosamid
-      Obat baru : Prazikuantel dan albendazol (Sutanto, 2008).

2.10   Diagnosis
      Diagnosis yang ditegakkan dengan ditemukannya proglotid yang aktif bergerak dalam tinja, atau keluar spontan juga dengan ditemukannya telur dalam tinja atau usap anus. Proglotid kemudian diidentifikasi dengan merendamnya dalam cairan laktofenol sampai jernih. Setelah uterus dengan cabang-cabangnya terlihat jelas, jumlah cabang-cabang dapat dihitung (Sutanto, 2008).
      Dasar diagnosis dilakukan dari sempel tinja. Namun pada sampel tinja
kita hanya dapat melihat telur dari family Taenidae saja. Dan belum dapat
mendiagnosis spesies dari Taenia saginata. Karena sulit untuk mendiagnosa
menggunakan telur saja, kita harus melihat scolex atau proglottids gravid  
untuk membantu mengidentifikasi Taenia saginata (Anonim, 2011).
      Adapun tindak lanjut yang dilakukan setelah diketahui hasil dari diagnosis dasar yaitu melakukan pemeriksaan sistiserkus, pemeriksaan jaringan subkutan, dan pemeriksaan serologi.










                                          
               Gambar 2.3                                    Gambar 2.4                                 
             Proglotid imatur                              Proglotid Matur


2.11   Pencegahan dan Pengendalian
Tindakan pencegahan terdiri atas:
-     Menghilangkan infeksi dengan mengobati orang yang mengandung parasit ini dan mencegah kontaminasi tanah dengan tinja manusia.
-     Pemeriksaan daging sapi akan adanya sistiserkus.
-     Pendinginan daging sapi pada suhu -10o C selama 5 hari.
-     Memasak daging sapi sampai matang diatas suhu 57o C
-     Mengasinkan didalam larutan garam 25% selama 5 hari dapat membunuh sistiserkus (Anonim, 2011).

4 komentar: