TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Sejarah
Cacing pita dari sapi, telah dikenal
sejak dahulu, akan tetapi identifikasi cacing tersebut baru menjadi jelas
setelah tahun 1782, karena karya Goeze dan Leuckart. Sejak itu, diketahui
adanya hubungan antara infeksi cacing Taenia
Saginata dengan larva sistiserkus bovis, yang ditemukan pada daging sapi.
Bila seekor anak sapi diberi makan proglotid gravid cacing Taenia saginata, maka pada dagingnya akan ditemukan sistiserkus
bovis (Sutanto, 2008).
2.2 Hospes dan Nama Penyakit
Hospes difinitif cacing pita Taenia saginata
adalah
manusia dan hewan, pada hewan terdapat pada sapi dan kerbau. Dan nama
penyakitnya Taeniasis
saginata (Sutanto, 2008).
2.3 Distribusi Geografik
Penyebaran cacing adalah kosmopolit,
didapatkan di Eropa, Timur Tengah, Afrika, Asia, Amerika Utara, Amerika Latin,
Rusia dan juga Indonesia yaitu Bali dan Jakarta (Sutanto,2008).
Penyakit ini relatif umum di Afrika , beberapa bagian Eropa Timur , Filipina ,dan Amerika Latin . Manusia terinfeksi ketika mereka makan daging sapi yang
tidak dimasak sepenuhnya (Anonim, 2011).
Parasit ini ditemukan di mana saja di mana daging
sapi dimakan, bahkan di negara-negara seperti Amerika Serikat di mana ada
kebijakan yang ketat sanitasi federal. Di AS kejadian terinfeksi rendah, bagaimanapun, 25%
dari sapi yang terinfeksi masih dijual (Anonim, 2011).
2.4 Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Family : Taeniidae
Genus : Taenia
Species :Taenia saginata (Purnomo, 1987)
2.5 Morfologi
Gambar 2.1 Taenia saginata
Taenia
saginata adalah salah satu cacing pita yang berukuran besar dan panjang
terdiri atas kepala yang disebut skoleks,
leher dan strobila yang merupakan
rangkaian ruas-ruas proglotid,
sebanyak 1000 – 2000 buah. Panjang cacing 4 – 12 meter atau lebih. Skoleks hanya berukuran 1 – 2 milimeter,
mempunyai empat batil isap dengan otot-otot yang kuat tanpa kait – kait. Bentuk
leher sempit, ruas-ruas tidak jelas dan didalamnya tidak terlihat struktur
tertentu. Strobila terdiri atas
rangkaian proglotid yang belum dewasa(imatur), proglotid yang dewasa (matur)
dan proglotid yang mengandung telur atau disebut gravid(Sutanto,2008)
Ovarium
terdiri atas dua lobus, berbentuk kipas, besarnya hampir sama. Letak ovarium di sepertiga
bagian posterior proglotid. Vitelaria letaknya dibelakang ovarium dan merupakan
kumpulan folikel yang eliptik (Sutanto, 2008).
Taenia
saginata memiliki Proglotid
dengan Jumlah segmen mencapai 2000. Dan Segmen
matur panjangnya 3-4 kali lebarnya. Segmen gravida paling ujung panjangnya 2 cm
dan lebarnya 0,5cm. cacing ini juga mempunyai Lubang genital berada didekat
ujung posterior. Uterus pada segmen gravida berupa batang memanjang ditengah
segmen, bercabang lateral 15-30 di setiap sisi yang memenuhi ruang segmen. Segmen
gravida dilepaskan satu persatu dan dengan kekuatan sendiri mampu bergerak
keluar anus (Heru, 2002).
Morfologi
dari telur cacing Taenia saginata yaitu berbentuk bulat, memiliki ukuran 30-40
µm. kulit sangat tebal, halus, dengan garis-garis silang. warna kulit kuning
gelap-coklat. isi terang abu-abu. Berisi masa bulat bergranula yang diliputi
dengan membran yang halus, dengan tiga pasang kait berbentuk lanset yang
membias, kadang-kadang telur berada mengambang didalam kantung yang transparan
(Heru, 2002).
Gambar 2.2 Telur Taenia saginata
2.6 Daur Hidup
Gambar 2.3
Siklus
Hidup Taenia Saginata
Uterus
tumbuh dari bagian anteriorootip dan menjalur kebagian anterior proglotid. Setelah uterus ini penuh
dengan telur, maka cabang – cabangnya akan tumbuh, yang berjumlah 15-30 buah
pada satu sisinya dan tidak memiliki lubang uterus (Porus Uterinus). Proglotid
yang sudah gravid letaknya terminal dan sering terlepas dari strobila. Proglotid ini dapat bergerak aktif, keluar sendiri dari lubang dubur dengan spontan. Setiap harinya
kira-kira 9 buah proglotid dilepas. Proglotid
bentuknya lebih panjang. Telur dibungkus oleh embriofor yang bergaris garis radial, berukuran 30 – 40 x 20 – 30
mikron, berisi embrio heksakan atau onkosfer.
Telur
yang baru keluar dari uterus masih diliputi selaput tipis yang disebut lapisan
luar telur. Sebuah proglotid gravid
kira-kira 100.000 buah telur. Waktu proglotid
terlepas dari rangkaiannya dan menjadi koyak cairan putih susu yang mengandung
banyak telur mengalir keluar dari sisi anterior proglotid berkontraksi waktu gerak (Sutanto, 2008 ).
Telur melekat dirumput bersama tinja,
bila orang berdefekasi dipadang rumput. Ternak yang memakan rumput yang
terkontaminasi dihinggapi cacing Taenia saginata, oleh karena telur
yang tertelan di cerna dan embrio heksakan menetes. Embrio heksakan disaluran
pencernaan ternak menembus dinding usus, masuk ke saluran getah bening atau
darah dan ikut dengan aliran darah ke jaringan ikat di sela-sela otot untuk
tumbuh menjadi cacing gelembung, disebut sistiserkus
bovis yaitu larva Taenia saginata.
Peristiwa ini terjadi setelah 12 – 15 minggu (Sutanto, 2008).
Bagian tubuh ternak yang sering dihinggapi
larva tersebut adalah otot maseter, paha belakang dan punggung. Otot bagian
lain juga dapat dihinggapi. Setelah satu tahun cacing gelembung ini biasanya
mmengalami degenerasi, walaupun ada yang dapat hidup sampai 3 tahun (Rosdiana, 2010).
Bila cacing gelembung yang terdapat pada
daging sapi yang dimasak kurang matang termakan oleh manusia, Skoleksnya keluar dari cacing gelembung
dengan cara evaginasi dan melekat pada mukosa usus halus biasanya yeyunum. Cacing gelembung tersebut dalam
waktu 8 – 10 minggu menjadi dewasa. Biasnya di rongga usus hospes terdapat seekor cacing (Rosdiana, 2010).
Adapun Referensi lain yang menjelaskan tentang siklus hidup Taenia saginata yaitu siklus hidup Taenia saginata dimulai, ketika telur lulus dalam tinja dari manusia
yang terinfeksi dalam wadah yang disebut proglottid
atau segmen cacing pita. Mereka dapat bertahan beberapa bulan di lingkungan. Jika seekor sapi (host intermediate) feed pada vegetasi
terkontaminasi, ingests telur matang
atau proglottids gravid. Dalam usus kecil yang disebut larva oncospheres menetas, menembus dinding
usus, memasuki aliran darah dan bermigrasi ke jaringan otot (jarang ke hati
atau organ lain), di mana mereka encyst ke cysticerci. Yang seukuran kacang cysticerci dapat bertahan selama bertahun-tahun dan masih infektif
ketika manusia makan daging. Jika
daging sapi tidak dimasak dengan benar, cysticerci
excyst di usus kecil dan berkembang menjadi dewasa dalam waktu dua bulan. Dewasa melekat pada dinding usus dengan scolex mereka menggunakan empat
pengisap. Scolex
memiliki penampilan berbentuk buah pir dan cangkir-seperti mencapai 1-2 mm. Hal ini melekat pada leher yang mulai memproduksi proglottids yang membentuk, datar
panjang, tubuh tersegmentasi juga dikenal sebagai strobila. Para proglottids matang dan tumbuh lebih
besar karena mereka mendapat lebih dari leher. Mereka adalah sekitar 16-20 mm dan panjang 5-7 mm
lebar dan proglottid masing-masing
memiliki organ reproduksi sendiri. Mereka
menyerap nutrisi melalui membran mereka dan memproduksi hingga 100.000
telur per hari. Proglottids putus dari ekor dan bergerak dengan kotoran keluar
dari tubuh manusia. Sebuah cacing dewasa Taenia saginata adalah keputihan dalam warna dan memiliki sekitar
1000-2000 proglottids dan sekitar
enam dari mereka terlepas setiap hari. Telur biasanya tinggal di dalam proglottids
sampai mereka keluar di lingkungan. Ketika mengering proglottid,
itu pecah dan melepaskan telur. Telur
berembrio, kenari coklat dan sekitar 35 mikrometer diameter memiliki oncosphere 6-bengkok di dalam shell
tebal. Jika kotoran mendarat di
tanah penggembalaan untuk ternak, sapi mungkin tidak sengaja menelan proglottids atau telur. Taenia
saginata dapat hidup sampai 25 tahun. Hal
ini dapat tumbuh hingga 5 meter namun dalam beberapa kasus bisa mencapai panjang lebih dari
10 meter (melingkar di saluran usus) (Anonim, 2008).
2.7 Patologi dan Gejala Klinis
Cacing dewasa Taenia Saginata, biasanya menyebabkan gejala klinis yang
ringan,seperti sakit ulu hati,perut merasa tidak enak, mual, muntah,
diare,pusing atau gugup. Gejala tersebut disertai dengan ditemukannya proglotid cacing yang bergerak-gerak
lewat dubur bersama dengan tinja. Gejala yang lebih berat dapat terjadi, yaitu
apabila proglotid masuk apendiks, terjadi ileus yang disebabkan obstruksi usus
oleh strobila cacing. Berat badan tidak jelas menurun. Eosinofilia dapat di
temukan di daerah tepi
(Gandahusada, 1998).
Namun infeksi
berat sering menyebabkan penurunan berat badan, pusing, sakit perut, diare,
sakit kepala, mual, sembelit, atau gangguan pencernaan kronis, dan kehilangan
nafsu makan (Anonim, 2011).
Namun infeksi berat sering menyebabkan penurunan berat badan, pusing , sakit perut , diare , sakit kepala , mual , sembelit , atau gangguan pencernaan kronis , dan kehilangan nafsu makan (Anonim, 2011).
2.8 Epidemologi
Taenia Saginata sering
ditemukan di Negara yang penduduknya banyak mengkonsumsi daging sapi atau kerbau. Cara penduduk mengkonsumsi daging
tersebut yaitu memakan (well down), setengah matang (medium), atau mentah dan
cara memelihara ternak memainkan peranan. Ternak yang dilepas dipadang rumput
lebih mudah di hinggapi Taenia Saginata, daripada
ternak yang dipelihara dan dirawat dengan baik dikandang (Sutanto, 2008).
2.9
Pengobatan
Obat yang
digunakan untuk mengobati Taeniasis
saginata yaitu :
-
Obat lama : Kuinakrin, Amodiakuin, Niklosamid
-
Obat baru : Prazikuantel dan albendazol (Sutanto, 2008).
2.10
Diagnosis
Diagnosis
yang ditegakkan dengan ditemukannya proglotid
yang aktif bergerak dalam tinja, atau keluar spontan juga dengan ditemukannya
telur dalam tinja atau usap anus. Proglotid
kemudian diidentifikasi dengan merendamnya dalam cairan laktofenol sampai
jernih. Setelah uterus dengan cabang-cabangnya terlihat jelas, jumlah cabang-cabang
dapat dihitung (Sutanto, 2008).
Dasar
diagnosis dilakukan dari sempel tinja. Namun pada sampel tinja
kita hanya dapat melihat telur dari family Taenidae saja. Dan belum dapat
mendiagnosis spesies dari Taenia saginata. Karena sulit untuk
mendiagnosa
menggunakan telur saja, kita harus melihat scolex atau proglottids
gravid
untuk membantu mengidentifikasi Taenia saginata (Anonim, 2011).
Adapun tindak lanjut yang dilakukan
setelah diketahui hasil dari diagnosis dasar yaitu melakukan pemeriksaan
sistiserkus, pemeriksaan jaringan subkutan, dan pemeriksaan serologi.
Gambar 2.3 Gambar 2.4
Proglotid imatur Proglotid Matur
2.11 Pencegahan
dan Pengendalian
Tindakan pencegahan terdiri atas:
-
Menghilangkan
infeksi dengan mengobati
orang yang mengandung parasit ini dan mencegah kontaminasi tanah dengan tinja
manusia.
-
Pemeriksaan
daging sapi akan adanya sistiserkus.
-
Pendinginan
daging sapi pada suhu -10o C selama 5 hari.
-
Memasak
daging sapi sampai matang diatas suhu 57o C
-
Mengasinkan
didalam larutan garam 25% selama 5 hari dapat membunuh sistiserkus (Anonim, 2011).
Proglotid itu apa?
BalasHapusTerimakasih
menarik
BalasHapuspada bagian morofologinya, anda dapat refrensi dari mana aja? dapat dari buku apa aja? tolong dibalas yaaa
BalasHapusproglotid ya cabang uterus
BalasHapus