Rabu, 10 Oktober 2012

bakteriologi


bakteri pada alat
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Secara harafiah, dapur diartikan sebagai suatu tempat di dalam rumah untuk melakukan aktivitas mengolah dan menyediakan bahan makanan atau pangan.
Seperti ruang lain di dalam rumah yang perlu dibersihkan, dapur juga perlu diperhatikan kebersihannya terlebih selain digunakan untuk mengolah makanan, dapur juga merupakan tempat pencucian dan penyimpanan alat makan dan masak agar bebas dari mikroorganisme pembawa penyakit (Anonim, 2012).
Prof. Dr. Dr. Rachmadhi purwana, SKM, ahli kesehatan masyarakat universitas indonesia, menyatakan mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang biak dengan cepat pada dapur yang lembab, peralatan yang disimpan pada saat belum kering, bahan makanan yang tidak dibersihkan dengan benar, bahkan dapat juga tumbuh pada bak cuci piring dan spons yang digunakan untuk mencuci piring (Anonim, 2012).
Mikroorganisme tersebut antara lain Staphylococcus aureus dan Pseudomonas spp yang dapat menyebabkan berbagai penyakit. Beberapa kebiasaan masyarakat kita harus diperbaiki, antara lain tidak membuang sisa makanan pada piring dan merendamnya begitu saja di dalam bak pencuci piring, mencuci peralatan makan dan masak dengan air mengalir saja tanpa menggunakan sabun pencuci piring, mengganti spons pencuci piring saat sudah kotor atau rusak saja. Spons juga harus ditiriskan dan dikeringkan setelah digunakan untuk mencuci peralatan makan dan masak (Anonim, 2012).
Kebersihan peralatan makan yang kurang baik sangat mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan penyebaran kuman penyakit dan keracunan. Untuk itu peralatan makanan haruslah dijaga terus kebersihannya, supaya terhindar dari kontaminasi kuman patogen salah satunya yaitu Escherichia coli serta zat pencemar lainnya (Anonim, 2012).

1.2  Tujuan
-          Untuk mengetahui jenis bakteri yang terdapat pada peralatan makan.
-          Untuk mengetahui faktor penyebab beberapa bakteri dapat berada pada peralatan makan dan peralatan masak.
-          Untuk mengetahui cara pencucian peralatan makan yang baik dan benar.























BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Peralatan Makan Rentan Bakteri
Kebersihan peralatan makan yang kurang baik sangat mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan penyebaran kuman penyakit dan keracunan.Untuk itu peralatan makanan haruslah dijaga terus kebersihannya, supaya terhindar dari kontaminasi kuman patogen salah satunya yaitu Escherichia coli serta zat pencemar lainnya (Anonim, 2012).
Dapur bisa saja menyimpan ribuan zat dan bakteri yang berbahaya bagi kesehatan tubuh.Apa yang anda sentuh atau hirup di dapur, bisa saja membuat sakit (Anonim, 2012).
Beberapa peralatan dapur yang banyak terdapat bakteri diantaranya adalah, sponge pencuci piring, telenan, laci sayuran kulkas, wastafel, lap dapur, sendok hingga  piring makan (Anonim, 2012).
Peranan peralatan makanan dan masak dalam penyehatan makanan sangat penting karena merupakan bagian yang tidak terpisah dari prinsip-prinsip penyehatan makanan. Pada pokoknya penyehatan makanan mencakup unsure-unsur sarana pokok penyehatan, yaitu penyehatan tempat dan bangunan, penyehatan orang, pen yehatan peralatan yang dipergunakan dalam pengolahan makanan, dan penyehatan makanan yang diuraikan tersendiri dalam prinsip hygiene dan sanitasi makanan, disamping ilmu gizi, tekhnologi pengolahan makanan dan mikroba makanan (Ditjen PPM & PLP Depkes RI, 1997).






2.2  Bakteri Pada Peralatan Makan/Peralatan Dapur
2.2.1  Sponge Pencuci Piring
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgimj1frHpaplr_qsHdnKnTDl76B3Cko_t3gWOCOqLwlieEYvhvmP0zaytlsP6cPlN-X368c7GgpoD6bYFFHeUm7oDUr3wvzaeZycVqCMxLj6GIVrnoz8o3EElBjNogiXC2R-athls-bFI/s400/1.+Sponge+Pencuci+Piring.jpg 







Gambar 2.2 Sponge Pencuci Piring
Salah satu peralatan di dapur yang banyak mengandung bakteri adalah sponge pencuci, karena mengandung kuman, ragi dan bakteri 150 kali lebih banyak dari gagang sikat gigi.Secara umum, bakteri yang ada pada sponge tidak membuat anda sakit, tapi beberapa (seperti Salmonella dan E. coli) dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang serius.Untuk mengatasinya, panaskan sponge anda selama dua menit di microwave dan menggantinya setiap dua minggu sekali (Anonim, 2012).
2.2.2  Laci sayuran di kulkas
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWt8QsQNZkpXXyMSkZOiieae1juQOm07Lg5PfRYpk5i9DbaNVAKyGm_ss3d01XI9chXj7DjrhOuR4YB8x-BuJNe09VT2EO9KsTSRQy90EQMsaSE5yTJvdnToa3VJ9651BRU9a1B8TvzQI/s400/2.+Laci+Sayuran+di+Kulkas.jpg
Gambar 2.2 laci sayuran di Kulkas
Menurut peneliti, laci sayuran mengandung bakteri yang berbahaya seperti E.coli, Salmonella dan Listeria. Laci sayuran dapat mengandung bakteri 750 kali lipat jumlahnya dibandingkan tempat lain. Laci sayuran merupakan area paling kotor karena sayurandan buah masih mengandung bakteri dari tanah, walau telah melewati proses pengemasan. Suhu dingin di dalam kulkas bisa membantu menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri tersebut, namun hal itu bisa menjadi sia-sia jika kulkas tidak dibersihkan secara rutin (Anonim, 2012).
2.2.3   Lap dapur, Sendok, dan Piring
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJNmK6LweYP3maDKQnvkdFaUZyCZF8_ESy5Smgem5m1z-o50ve2tGuh2ePDXsoh3VmnDXvnDdCokPp7HaTf9jXOu3EnjwKky6rMkD0huHANCGiE8hmKvm15VyH-UHIwZswrBAPoxLuVUM/s400/4.+Lap+Dapur.jpg
                                                   Gambar 2.3 Lap Dapur
Dalam studi terhadap ratusan dapur, para peneliti menemukan bakteri Staphylococcus aureus, E. Coli dan bakteri berbahaya lainnya yang menetap di lap dapur. Hal ini terjadi karena kebiasaan sebagian besar orang yang menggunakan lap dapur untuk bermacam keperluan, seperti membersihkan wastafel, mengelap piring atau menyeka kompor. Untuk mencegah kontaminasi dan penyebaran kuman lebih luas, sebaiknya hanya pakai satu lap dapur untuk satu kegunaan (Anonim, 2012).
E.coli juga sering ditemukan pada peralatan makan seperti sendok, piring, garpu dll. kemungkinan adanya bakteri ini disebabkan karena pemakaian lap dapur yang berulang (Anonim, 2012).



2.2.4  Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSyrvnjtxX0TCbVTIdycp5Q4ByPCdlxgOOpeyZp0BLKfI_MYoTYgBeQtilXEcSpFqIBr2i4BnS1RRs__zAsyyafomhqqI0lNpl3-fQgrZu89L1U1xapCwjS5NnUMhOH21axtDZ_UqcU5c/s400/5.+Wastafel.jpgWastafel






Gambar 2.4 Wastafel
Lubang pembuangan air di wastafel merupakan salah satu sumber penyakit di dapur.Sisa-sisa makanan merupakan faktor penyebab timbulnya bakteri seperti E.coli dan Salmonella. Usahakan untuk menjaga kebersihan wastafel, mulai dari permukaan hingga lubang pembuangan dengan cairan pemutih (Anonim, 2012).

2.3  Penjelasan Bakteri Yang Terdapat Pada Peralatan Dapur/Peralatan Makan
2.3.1     Escherichia coli
Escherichia coli merupakan flora normal, hidup komensial di dalam kolon manusia dan diduga membantu pembuatan vitamin K yang paling untuk pembekuan darah.Escherichia coli diduga untuk menilai tentang baik tidaknya persediaan air untuk keperluan rumah tangga (Entjang, 2003).
a)      Morfologi
E. Coli dari anggota famili Enterobacteriaceae. Ukuran sel dengan panjang 2,0 – 6,0 μm dan lebar 1,1 – 1,5 μm.Bentuk sel dari bentuk seperti coocal hingga membentuk sepanjang ukuran filamentous. Tidak ditemukan spora. E. Coli batang gram negatif. Selnya bisa terdapat tunggal, berpasangan, dan dalam rantai pendek, biasanya tidak berkapsul.bakteri ini aerobic dan dapat juga aerobic fakultatif. E. Coli merupakan penghuni normal usus, seringkali menyebabkan infeksi (Anonim, 2012).
Morfologi Kapsula atau mikrokapsula terbuat dari asam – asam polisakarida. Mukoid kadang – kadang memproduksi pembuangan ekstraselular yangtidak lain adalah sebuah polisakarida dari speksitifitas antigen K tententu atau terdapat pada asam polisakarida yang dibentuk oleh banyak E.Coli seperti pada Enterobacteriaceae. Selanjutnya digambarkan sebagai antigen M dan dikomposisikan oleh asam kolanik. Biasanya sel ini bergerak dengan flagella petrichous.E. Coli memproduksi macam - macam fimbria atau pili yang berbeda, banyak macamnya pada struktur dan speksitifitas antigen, antara lain filamentus, proteinaceus, seperti rambut appendages di sekeliling sel dalam variasi jumlah. Fimbria merupakan rangkaian hidrofobik dan mempunyai pengaruh panas atau organ spesifik yang bersifat adhesi. Hal itu merupakan faktor virulensi yang penting (Anonim, 2012).
b)     Klasifikasi
Kindom            : Bakteria
Filum    : Proterobacteria
Kelas     : Gamma Proteobacteria
Ordo     : Enterobacteriales
Famili    : Enterobacteriaceae
Genus   : Escherichia
Gambar 2.5  Bakteri E. colli

 
Species : Escherichia Coli

c)      Penyakit Yang Ditimbulkan
Escherichia coli merupakan flora normal didalam usus manusia yang akan menimbulkan penyakiit bila masuk kedalam  organ atau jaringan lain. Escherichia coli dapat menimbulkan pneumonia, endocarditis, infeksi pada luka-luka dan abses pada berbagai jaringan (Entjang, 2003).
Escherichia coli merupakan  penyebab utama  meningitis  pada bayi yang baru lahir dan penyebab infeksi tractus urinarus (pyelonephritis, Cystitis) pada manusia yang dirawat dirumah  sakit (nosocomial linfections) (Entjang, 2003).
Strain (jenis) tertentu dari E.coli (enteropatogenic Escherichia colli) dapat menyebabkan penyakit diare pada anak-anak. Bakteri ini sering menimbulkan wabah diare pada anak-anak yang sedanga dirawat dirumah sakit (Entjang, 2003).
d)     Gejala Klinis
Gejala infeksi akibat terjangkitnya E.coli biasanya berupa diare, mual, demam, dan muntah. Sementara, gejala infeksi paling serius berupa gagal ginjal akut disertai kerusakan sel darah merah, gangguan saraf, stroke, dan koma. sehingga tingkat kematiannya bias sebesar     3-5%.  (Anonim, 2012).
e)      Pemeriksaan laboratorium
Sampel yang dikirim ke laboratorium bergantung pada jenis penyakitnya  bias  liquor cerebrospinal, nanah, sputum, urine, feses atau darah . Diperiksa dengan mikroskop setelah pewarnaan gram, dan dilakukan perbenihan (Entjang, 2003).

2.3.2     Salmonella
Salmonella adalah suatu genus bakteri enterobacteria gram negatif berbentuk tongkat yang menyebabkan tifoid, paratifoid dan penyakit foodborne (Anonim, 2012).
Sebagian besar salmonella sp. Bersifat pathogen pada binatang dan merupakan sumber infeksi pada manusia. Binatang-binatang itu, antara lain, tikus, unggas, ternak, anjing dan kucing (Entjang. 2003).


a)      Morfologi
Sifat bakteri  berbentuk batang, terang negatif, fakultatif aerob, bergerak dengan  flagel feritrich, mudah tumbuh  pada perbenihan biasa dan tumbuh  baik pada perbenihan yang mengandung empedu (Entjang, 2003).
Salmonella sering bersifat pathogen untuk manusia atau hewan  jika masuk ke dalam  tubuh  melalui mulut. Bakteri ini ditularkan dari hewan atau  produk hewan kepada  manusia, dan menyebabkan enteris, infeksi sistemik dan demam enteric (Soemarno, 2000).
Panjang Salmonella bervariasi, kebanyakan spesies kecuali Salmonella pullorumgallinarum dapat bergerak dengan flagel peritrich, bakteri ini mudah tumbuh pada pembenihan biasa, tetapi hampir tidak pernah meragikan laktosa dan sukrosa. Bakteri ini dapat hidup dalam air beku untuk  jangka waktu yang cukup lama. Salmonella resisten terhadap zat-zat  kimia tertentu (misalnya hijau brilliant, natrium tetratrionat, dan natrium desoksikolat) yang menghambat bakteri enteric lainnya. Oleh karena itu senyawa ini bermanfaat untuk dimasukkan  dalam  pembenihan yang dipakai untuk mengisolasi  Salmonella  dari tinja  (Jawetz, 1996).
b)     klasifikasi
Kingdom      : Bacteria
Filum            : Proteobacteria
Kelas            : Gamma proteobacteria
Ordo             : Enterobacteriales
Family          : Enterobactericeae
Gambar 2.6 Salmonella
 
Genus           : Salmonella
Spesies         : S.thypi, S. parathyphi,
                       S.bongoris,  S.enterica.

c)      Penyakit Yang Ditimbulkan
Pada umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada organ pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh salmonella disebut salmonellosis. Ciri-ciri orang ysng mengalami Salmonellosis adalah diare, keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi oleh salmonella.gejala lain adalah demam, sakit kepala, mual dan muntah-muntah (Anonim,2012).
Salmonella typhi menyebabkan penyakit demam tipus (typhoid fever), karena infasi bakteri kedalam pembuluh darah dan gastroenteritis, yang disebabkan oleh keracunan makanan atau intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi demam, mual-mual, muntah dan dapat menyebabkan kematian. Salmonella typhi memiliki keunian hanya menyerang manusia, dan tidak ada inang lain. Infeksi salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, bslits, ibu hsmul dsn kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalah tubuh mereka yang  menurun (Anonim, 2012).
d)     Faktor Penyebab Penularan Penyakit
-                Makanan dan minuman berhubungan dengan binatang yang mengandung bakteri Salmonella.
-                Melalui air  untuk kepentingan  rumah tangga yang tidak memenuhi syarat kesehatan.
-                Peralatan dapur yang kurang terjada kebersihannya, seperti  sponge pencuci piring, laci sayuran pada kulkas, dan washtafel yang dapat menjadi sarang salmonella.
(Anonim, 2012).
e)      Pemeriksaan Laboratorium
Sampel feses diperiksa dengan mikroskop, setelah pewarnaan dan dilakukan penanaman pada perbenihan. Kultur darah dan kultur urie dilakukan sewaktu penderita demam (Entjang, 2003).
2.3.3     Listeria
Listeria adalah sekelompok bakteri yang ditemukan secara luas di alam misalnya di tanah, air dan usus hewan domestic maupun liar, ikan dan burung. Listeria dapat bertahan untuk menjangkau waktu yang lama dalam tanah, seraya daun, limbah, silase, vegetasi dan air listeria juga. Sering ditemukan dalam lingkungan pengolahan makanan dan memiliki kemampuan untuk membentuk biofilm dan bertahan pada permukaan yang terlihat licin (Anonim, 2012).
a)      Morfologi
Bakteri ini merupakan bakteri Gram-positif, dan motil/bergerak dengan menggunakan flagella. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa 1-10% manusia mungkin memiliki L. monocytogenes di dalam ususnya. Bakteri ini telah ditemukan pada setidaknya 37 spesies mamalia, baik hewan piaraan maupun hewan liar, serta pada setidaknya 17 spesies burung, dan mungkin pada beberapa spesies ikan dan kerang. Bakteri ini dapat diisolasi dari tanah, silage (pakan ternak yang dibuat dari daun-daunan hijau yang diawetkan dengan fermentasi), dan sumber-sumber alami lainnya. Sebagai bakteri yang tidak membentuk spora, L. monocytogenes sangat kuat dan tahan terhadap efek mematikan dari pembekuan, pengeringan, dan pemanasan. Sebagian besar L. monocytogenes bersifat patogen pada tingkat tertentu (Anonim, 2012).







b)     Klasifikasi
Kingdom          : Bakteria
Filum                : Firmicutes
Class                 : Bacilli
Order                : Bacillales
Famili                : Listeriaseae
Genus               : Listeria
Gambar 2.7 Listeria

 
Species             : L. grayi
L. innocua
L. ivanovii
L. monocytogenes
L. seeligeri
L. welshimeri
c)      Penyakit Yang Ditimbulkan
Listeriosis merupakan nama penyakit yang disebabkan oleh L. monocytogenes. pengertian dari listeriosis sendiri mengacu pada banyaknya jenis gejala penyakit yang ditimbulkan pada hewan dan manusia. L. monocytogenes dapat menginfeksi manusia dan hewan (Anonim, 2012).
d)     Gejala Klinis
Gejala listeriosis termasuk septicemia (infeksi pada aliran darah), meningitis (radang selaput otak) atau meningoencephalitis (radang pada otak dan selaputnya), encephalitis (radang otak), dan infeksi pada kandungan atau pada leher rahim pada wanita hamil, yang dapat berakibat keguguran spontan (trimester kedua/ketiga) atau bayi lahir dalam keadaan meninggal. Kondisi di atas biasanya diawali dengan gejala-gejala seperti influenza, antara lain demam berkepanjangan. Dilaporkan bahwa gejala-gejala pada saluran pencernaan seperti mual, muntah, dan diare dapat merupakan bentuk awal dari listeriosis yang lebih parah, namun  mungkin juga hanya gejala itu yang terjadi. Secara epidemiologi, gejala pada saluran pencernaan berkaitan dengan penggunaan antasida atau cimetidine (antasida dan cimetidine merupakan obat-obatan yang berfungsi menetralkan atau mengurangi produksi asam lambung). Waktu mulai timbulnya gejala listeriosis yang lebih parah tidak diketahui, tetapi mungkin berkisar dari beberapa hari sampai tiga minggu. Awal munculnya gejala pada saluran pencernaan tidak diketahui, tetapi mungkin lebih dari 12 hari (Anonim, 2012).
Dosis infektif L. monocytogenes tidak diketahui, tetapi diyakini bervariasi menurut strain dan kerentanan korban. Dari kasus yang disebabkan oleh susu mentah atau susu yang proses pasteurisasinya kurang benar, diduga kurang dari 1000 organisme dapat menyebabkan penyakit pada orang-orang yang rentan. L. monocytogenes dapat menyerang epithelium (permukaan dinding) saluran pencernaan. Sekali bakteri ini memasuki sel darah putih (tipe monocyte , macrophage , atau polymorphonuclear ) dalam tubuh korbannya, bakteri ini masuk ke aliran darah (septicemia) dan dapat berkembang biak. Keberadaannya di dalam sel fagosit memungkinkannya memasuki otak, dan pada wanita hamil, mungkin masuk ke janin melalui plasenta. Sifat patogenik L. monocytogenes berpusat pada kemampuannya untuk bertahan dan berkembang biak di dalam sel fagosit korbannya (Anonim, 2012).
e)      Pemeriksaan Laboratorium
Listeriosis hanya dapat didiagnosis secara pasti dengan cara membiakkan organisme ini dari darah, cairan cerebrospinal (cairan otak dan sumsum tulang belakang), atau kotoran (walaupun untuk kotoran, sulit dilakukan dan terbatas kegunaannya) (Anonim, 2012).


f)       Pencegahan
Pencegahan secara total mungkin tidak dapat dilakukan, namun makanan yang dimasak, dipanaskan dan disimpan dengan benar umumnya aman dikonsumsi karena bakteri ini terbunuh pada temperatur 75°C. Resiko paling besar adalah kontaminasi silang, yakni apabila makanan yang sudah dimasak bersentuhan dengan bahan mentah atau peralatan (misalnya alas pemotong) yang terkontaminasi (Anonim, 2012).

2.3.4     Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus adalah bakteri aerob dan anaerob, fakultatif yang mampu menfermentasikan manitol dan menghasilkan enzim koagulase, hyalurodinase, fosfatase, protease dan lipase. Staphylococcus aureus mengandung lysostaphin yang dapat menyebabkan lisisnya sel darah merah. Toksin yang dibentuk oleh Staphylococcus aureus adalah haemolysin alfa, beta, gamma delta dan apsilon. Toksin lain ialah leukosidin, enterotoksin dan eksfoliatin. Enterotosin dan eksoenzim dapat menyebabkan keracunan makanan terutama yang mempengaruhi saluran pencernaan. Leukosidin menyerang leukosit sehingga daya tahan tubuh akan menurun. Eksofoliatin merupakan toksin yang menyerang kulit dengan tanda-tanda kulit terkena luka bakar. (Anonim,2012).
a)      Morfologi
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram Positif, tidak bergerak, tidak berspora dan mampu membentuk kapsul. Berbentuk kokus dan tersusun seperti buah anggur. Ukuran Staphylococcus berbeda-beda tergantung pada media pertumbuhannya. Apabila ditumbuhkan pada media agar, Staphylococcus memiliki diameter 0,5-1,0 mm dengan koloni berwarna kuning. Dinding selnya mengandung asam teikoat, yaitu sekitar 40% dari berat kering dinding selnya. Asam teikoat adalah beberapa kelompok antigen dari Staphylococcus. Asam teikoat mengandung aglutinogen dan N-asetilglukosamin (Anonim,2012).
b)     streptococcus-aureusKlasifikasi
Kingdom          : Monera
Filum                : Firmicutes
Class                 : Bacilli
Order                : Bacillales
Famili                : Staphylococcaceae
Gambar 2.8 S. aureus

 
Genus               : Staphylococcus
Species             : Staphylococcus aureus
c)      Penyakit Yang Ditimbulkan
Menimbulkan infeksi bernanah dan abses. Infeksinya akan lebih berat bila menyerang anak-anak usia lanjut dan orang yang daya tubuhnya menurun seperti penderita diabetes mellitus, luka bakar dan AIDS (Entjang, 2003).
Staphylococcus aureus dapat enyebabkan penyakit seperti : infeksi pada folikel rambut dan kelenjar keringat,  bisul  infeksi pada luka, meningitis , endocarditis, pneumonia , pyelonephiris, dan osteomyelitis. Sedangkan dirumah sakit sering menibulkan nosocomial infections pada bayi , pasien luka bakar atau pasien bedah yang sebagian besar disebabkan kontaminasi oleh personil ruah sakit (medis dan paramedis) (Entjang, 2003).
d)     Gejala Klinis
Staphylococcus aureus terutama CA-MRSA (Community associated-Methicillin-resistant Staphylococcus aureus) biasanya menyebabkan infeksi kulit dan jaringan lunak (jerawat, bisul, dan bengkak). Gejalanya tampak sebagai kemerahan, panas, bengkak, nyeri bila ditekan, dan bernanah. Kadang-kadang cukup serius dengan timbulnya luka infeksi yang bernanah, radang paru yang memerlukan perawatan di rumah sakit dengan terapi antibiotik khusus (Anonim, 2012).
e)      Pemeriksaan Laboratorium
Sampel diambil dari bahan yang terduga terinfeksi oleh staphylococcus aures adalah nanah exudat darah liquor cerebrospinalis urine dan feses. Sediaan harus segera dibuat dari sapel dan dilakukan pewarnaan gram. Perbenihan bakteri bisa dilakukan pada lempeng agar darahdan perbenihan lainnya untuk identifikasi bakteri (Entjang, 2003).
f)       Pencegahan Penyakit
      Pencegahan penyakit dilakukan dengan meningkatkan daya tahan tubuh hyigene pribadi dan sanitasi lingkungan (Anonim, 2012).

2.4   Perlindungan Peralatan Makanan
Perlindungan peralatan makan dimulai dari keadaan bahan.Bahan yang baik adalah bila tidak larut dalam makanan, mudah dicuci dan aman digunakan. Peralatan utuh, aman dan kuat, peralatan yang sudah retak, atau pecah selain dapat menimbulkan kecelakaan (melukai tangan) juga menjadi sumber pengumpulan kotoran karena tidak akan dapat tercuci sempurna. Demikian pula bila berukir hiasan, hiasan merk atau cat pada permukaan tempat makan tidak boleh digunakan (Depkes RI, 1994).

2.5  Persyaratan Peralatan Makan
Persyaratan Peralatan makan (Depkes RI, 2003) adalah sebagai berikut :
1.   Peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak boleh mengeluarkan zat beracun yang melebihi ambang batas sehingga membahayakan kesehatan.
2.   Peralatan tidak rusak, retak dan tidak menimbulkan pencemaran terhadap makanan.
3.   Permukaan yang kontak langsung dengan makanan harus tidak ada sudut mati, rata halus dan mudah dibersihkan.
4.   Peralatan harus dalam keadaan bersih sebelum digunakan.
5.   Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajiakan tidak boleh mengandung angka kuman yang melebihi ambang batas, dan tidak boleh mengandung E. Coli.
6.   Cara pencucian peralatan harus memenuhi ketentuan:
a)   Pencucian peralatan harus menggunakan sabun atau deterjen air dingin, air panas, sampai bersih.
b)   Dibebeas hamakan sedikitnya dengan larutan kaporit 50 ppm, air panas 80oc selama 2 menit.
7.   Peralatan yang sudah didesinfeksi harus ditiriskan pad arak-rak anti karat sampai kering sendiri dengan bantuan sinar matahari atau bantuan dan tidak boleh dilap dengan kain.
8.   Semua peralatan yang kontak dengan makanan harus disimpan dalam keadaan kering dan bersih, ruang penyimpanan peralatan tidal lembab, terlindungi dari sumber pengotoran/kontaminasi dan binatang perusak

2.6  Sistem dan teknik pencucian alat makan dan minuman
2.6.1  Sistem Pencucian
Menurut Anwar 1990 three comporment sink yaitu suatu alat pencuci yang terdiri atas 3 bilik atau 3 bak, masing-masing baik mempunyai fungsi sebagai berikut:
-  Bak I          : disebut bak pencuci (wash)
  Dalam bak ini terdapat air hangat (+ 65oc) dan sabun/deterjen.
-  Bak II        : disebut bak pembilas (rinse)
   Dalam bak ini piring/gelas dibilas dengan airpanas (70oc-76oc).
-    Bak III      : disebut bak pembilas terakhir (final rinse atau pula disebut    desinfektan
   Didalam bak ke-iii ini piring, gelas, sendok untuk terakhir kalinya dibilas terutama kemungkinan masih menempel lemak pada piring dan gelas dengan air panas dengan suhu 81oc sudah dapat membasmi segala jenis kuman yang mungkin terdapat pada alat makanan tersebut.
Lengkap maka three comporment sink terdiri atas bagian-bagiannya sebagai berikut:
-    (prepartion table) meja persiapan untuk mengumpulkan piring yang kotor dan yang akan dicuci.
-    (three compartment sink) alat pencuci tiga bak.
-    Drip board yaitu meja penuntas. Disini alat-alat makan dan dituntaskan dan dikeringkan dengan udara, dilarang dibersihkan dengan serbet.
-    Rak penyimpan .
-    Setelah alat-alat makanan tersebut kering barulah dibersihkan dengan serbet bersih dan disimpan.
2.6.2  Teknik Pencucian
Menurut Depkes RI, 2006 teknik pencucian yang benar akan memberikan hasil pencucian yang sehat dan aman. Tahapan-tahapan pencucian yang perlu diikuti agar hasil pencucian sehat dan aman sebagai berikut:
-       Scraping (membuang sisa kotoran), yaitu memisahkan sisa kotoran dan sisa-sisa makanan yang terdapat pada peralatan yang akan dicuci, seperti sisa makanan di atas piring, gelas, sendok dean lain-lain. Kotoran tersebut dikumpulkan di tempat sampah (kantong plastik) selanjutnya diikat dan dibuang di tempat sampah kedap air (drum/tong plastik tertutup). Penanganan sampah yang rapi perlu di perhatikan untuk mencegah pengotoran pada pencucian yang berakibat tersuumbatnyan saluran limbah.
-       Flusing (merendam dalam air), yaitu pengguyur air ke dalam peralatan yang akan dicuci sehingga terendam seluruh permukaan peralatan. Sebelum peralatan yang akan dicuci telah dibersihkan dari sisa makan dan ditempatkan dalam bak yang tersedia, sehingga perendaman dapat berlangsung sempurna. Perendaman peralatan dapat juga dilakukan tidak dalam bak, tetapi kurang efektif, karena tidak seluruh bagian alat dapat terendam sempurna. Perendaman dimaksud untuk memberi kesempatan peresapan air ke dalam sisa makanan yang menempel atau mengeras (karena sudah lama) sehingga menjadi mudah untuk dibersihkan atau terlepas dari permukaan alat.
-       Washing (mencuci dengan detergen), yaitu mencuci peralatan dengan cara menggosok dan melarutkan sisa makanan dengan zat pencuci atau detergen. Detergen yang baik yaitu terdiri dari detergen cair atau bubuk, karena detergen sangat mudah larut dalam air, sehingga sedikit kemungkinan membekas pada alat yang dicuci. Pada tahap ini digunakan sabun, tapas atau zat pembuang bau (abu gosok, arang, atau air jeruk nipis).
-       Rinsing (membilas dengan air bersih), yaitu mencuci peralatan yang telah digosok detergen samapai bersih dengan cara dibilas dengan air bersih. Pada tahap ini penggunaan air harus banyak, mengalir dan selalu diganti. Setiap peralatan yang dibersihkan dibilas dengan cara menggosok-gosok dengan tangan sampai terasa kesat, tidak licin. Bila mana masih terasa licin berarti pada peralatan tersebut masih menempel sisa-sisa lemak atau sisa-sisa detergen dan kemungkinan mengandung bau amis atau anyir.
-       Sanitizing/desinfection (membebashamakan), yaitu tidak untuk membebashamakan peralatan setelah proses pencucian. Peralatan yang selesai dicuci perlu dijamin aman dari mikroba dengan cara sanitasi atau yang dikenal dengan istilah desinfesi.
Cara desinfeksi yang umum dilakukan yaitu:
a)   Dengan rendaman air panas 100oc selama 2 menit.
b)   Dengan larutan klor aktif (50 ppm).
c)   Dengan udara panas (oven).
d)  Dengan sinar ultraviolet (sinar matahari pagi jam 9 sampai jam 11) atau peralatan elektrik yang menghasilkan sinar ultraviolet.
e)   Dengan uap panas (stem) yang biasanya terdapat pada mesin cuci piring (dishwashing machine).
f)    Towelling (mengeringkan), yaitu mengusap kain lap bersih atau menngeringkan dengan menggunakan kain atau handuk dengan maksud untuk menghilangkan sisa-sisa kotoran yang mungkin masih menempel sebagai akibat proses pencucian seperti noda detergen, noda klor dan sebagainya. Sebenarnya kalau proses pencucian berlangsung dengan baik, noda-noda itu tidak boleh terjadi. Noda bias terjadi pada mesin-mesin pencuci. Prisip menggunakan lap pada alat yang sudah dicuci bersih sebenarnya tidak boleh dilakukan, karena akan terjadi pencemaran sekunder (rekomendasi) towellingini dapat dilakukan dengan syarat bahwa lap yang digunakan harus steril serta sering diganti. Penggunaan lap yang paling baik adalah yang sekali pakai.













BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Dari pembahansan tentang bakteri yang terdapat pada peralatan makan dan peralatan dapur dapat disimpulkan bahwa :
1.      Beberapa bakteri yang sering terdapat pada peralatan makan yaitu : e.colli pada sendok dan piring yang terkontaminasi bakteri dari penggunaan lap dapur.ditemukan pula bakteri e.coli, salmonella serta listeria pada laci sayuran dikulkas.
2.      Beberapa faktor penyebab bakteri berada pada peralatan makan dan peralatan masak adalah karena kurangnya menjaga kebersihan peralatan serta kurangnya pengetahuan tentang cara pencucian dan penggunaan alat-alat masak dengan cara yang baik dan benar. Serta kurangnya pengetahuan tentang penyebaran bakteri dengan kontaminasi silang yang dapat terjadi pada saat penggunaan alat memasak yang tidak benar.
3.      Menurut depkes ri, 2006 teknik pencucian yang benar akan memberikan hasil pencucian yang sehat dan aman. Tahapan-tahapan pencucian yang perlu diikuti agar hasil pencucian sehat dan aman sebagai berikut:
-       Scraping (membuang sisa kotoran), yaitu memisahkan sisa kotoran dan sisa-sisa makanan yang terdapat pada peralatan yang akan dicuci, seperti sisa makanan di atas piring, gelas, sendok dean lain-lain. Kotoran tersebut dikumpulkan di tempat sampah
-       Flusing (merendam dalam air), yaitu pengguyur air ke dalam peralatan yang akan dicuci sehingga terendam seluruh permukaan peralatan.
-       Washing (mencuci dengan detergen), yaitu mencuci peralatan dengan cara menggosok dan melarutkan sisa makanan dengan zat pencuci atau detergen.
-       Rinsing (membilas dengan air bersih), yaitu mencuci peralatan yang telah digosok detergen samapai bersih dengan cara dibilas dengan air bersih.
-       Sanitizing/desinfection (membebashamakan), yaitu tidak untuk membebashamakan peralatan setelah proses pencucian.

3.2  Saran
-          Sebaiknya penggunaan lap dapur hanya untuk sekali pakai, agar dapat menghindari kontaminasi bakteri E.coli.
-          Sebaiknya membersihkan tempat penyimpanan sayuran atau laci kulkas sesering mungkin untuk menghindari tumbuhnya bakteri.





















DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012 Bacteria GenomesSalmonella Typhi, http://www.ebi.ac.uk,di akses tanggal 1 April 2012

Anwar, dkk.  1990. Pedoman Bidang Studi Makanan dan Minuman Pada Instansi Tenaga Sanitasi: Jakarta

Depkes RI. 1994. Pedoman Pembinaan Makanan Jajanan: Jakarta

Depkes RI. 2003. Keputusan Mentri Kesehatan RI No.715/Menkes/SK/V/2003 Tentang Persyaratan Higyene Sanitasi Jasaboga: Jakarta

Depkes RI. 2006. Kumpulan Modul Kursus Higyiene Sanitasi Makanan dan Minuman: Jakarta

Entjang Indah. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi Untuk Akademik Keperawatan. PT Citra Aditya Bakti: Bandung

Jawetz, Melnick, dkk. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. EGC: Jakarta

Soemarno. 2000. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinik. Akademik Analis Kesehatan: Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar