pergerakan bakteri menggunakan preparat basah dengan metode tetes
tegak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sejarah Mikrobiologi
Mikrobiologi ialah ilmu pengetahuan
tentang perikehidupm mahluk-mahluk kecil yang hanya kelihatan dengan mikroskop
(bahasa Yunani: mikros = kecil, bios = hidup, logos = kata atau ilmu).
Mahluk-mahluk kecil itu disebut mikroorganisme, rnikroba, protista atau jasad
renik (Dwijoseputro, 2005).
Antony van Leeuwenhoek (1632--1723) ialah
orang yang pertama kali mengetahui adanya dunia mikroorganisme itu. Dengan
mikroskop ciptaannya ia dapat melihat bentuk mahluk - mahluk kecil yang
sebelumnya itu tidak diduga sama sekali keadaannya, mikroskop buatan
Leeuwenhoek itu memberikan pembesaran sampai 300 kali. Dari air hujan yang
menggenang di kubangan - kubangan dan dari air jambangan bunga ia peroleh
beraneka hewan bersel satu yang olehnya diberi nama Infusoria atau “hewan
tuangan" (Dwijoseputro, 2005).
Antara 1674 sampai 1683 ia terus-menerus
mengadakan hubungan dengan lembaga "Roval Society" di Inggris. Ia
melaporkan hal-hal yang diamatinya dengan mikroskop itu kepada lembaga
tersebut. Laporan-laporan itu disertai dengan gambar-gambar mikroorganisme yang
beraneka ragam. Di dalam sejarah mikrobiologi, Leeuwenhoek dapat dipandang
sebagai peletak batu pertamanya (Dwijoseputro, 2005).
2.2
Hubungan Mikroorganisme Asli Dengan Manusia
Pada umumnya mikroorganisme asli yang
berada didalam tubuh manusia adalah bersifat komensalisme. Mereka memanfaatkan
hubungan .dengan inangnya yaitu manusia tetapi inangnya tidak terpengaruh.
Mikroba komensal ini memperoleh makanannya dari sekresi dan produk-produk
buangan tubuh manusia (Umi, 2009).
Ada
beberapa jenis mikroorganisme asli yang mempunyai hubungan mutualisme dengan
manusia sebagai inangnya yaitu mereka memanfaatkan inangnya dan hidup
bersama-sama. Keuntungan bagi manusia sebagai inangnya di dalam hubungan mutualisme
tersebut antara lain sebagai berikut.
-
Banyak bakteri usus yang dapat mensintesis
vitamin-vitamin B, vitamin E, dan vitamin K Vitamin yang dihasilkan mempunyai
peranan dalam memenuhi persyaratan vitamin pada manusia.
-
Mikroorganisme asli ada yang cenderung
meniadakan mikroorganisme patogen sehingga dapat berfungsi melindungi manusia
terhadap penyakit Peniadaan tersebut kemungkinan disebabkan oleh persaingan
akan nutrisi atau karena dihasilkan substansi yang menghambat mikroba Patogen
tersebut ( Umi, 2009).
2.3
Mikroskop
Salah satu alat untuk melihat sel mikroorganisme
adalah mikroskop cahaya. Dengan mikroskop kita dapat mengamati sel bakteri yang
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Pada umumnya mata tidak mampu
membedakan benda dengan diameter lebih kecil dari 0,1 mm (Anonim, 2011).
2.4
Pengenalan Media
Pembiakan
adalah proses perbanyakan organisme melalui penyediaan kondisi lingkungan yang
sesuai. Mikroorganisme yang sedang tumbuh membuat replika dirinya, membutuhkan
adanya elemen-elemen dalam komposisi kimia mereka. Nutrisi harus menyediakan
elemen ini dalam bentuk yang mudah di metabolisme (Jawetz, 2001).
Demikian
pula dengan media sebagai tempat berkembang biakan bekteri, karena media
merupakan salah satu bahan yang terdiri dari campuran nutrisi zat makanan yang
dipakai untuk menumbuhkan mikroba (Anonim, 2007).
Kebanyakan
berat kering dari mikroorganisme adalah bahan-bahan organik yang mengandung
elemen-elemen karbon, hidrogen, nitrogen, oksigen, phospor dan belerang (Jawetz,
2001).
disamping
itu, ion-ion anorganik seperti potasium, sodium, besi, magnesium, kalsium dan
klorida dibutuhkan untuk memfasilitasi katalis enzim dan mempertahankan Gradien
kimia yang melalui membran sel (Jawetz, 2001).
Oleh
karena itu adapun syarat-syarat untuk media yang baik adalah media harus
mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan bakteri, Media tidak mengandung
zat-zat penghambat serta media harus steril (Anonim, 2007).
Klasifikasi media berasarkan fungsinya yaitu;
1) Enriched media, adalah sejumlah media umum
yang kemudian ditambahkan dengan darah, serum, ekstrak tumbuh-tumbuhan atau
kaldu yang mampu memacu pertumbuhan bakteri patogen.
2) Media selektif, yaitu media yang menggunakan
bahan-bahan kimia yang bersifat memacu pertumbuhan bakteri yang diinginkan.
3) Media diferensial yaitu media yang ditambahkan
zat-zat kimia tertentu yang menyebabkan suatu mikroorganisme membentuk
perubahan tertentu, sehingga dapat membedakan tipe mikrooraganisme.
4) Media Penguji, yaitu media dengan susunan
tertentu yang digunakan untuk pengujian antibiotika, asam amino dan vitamin.
5) Media Khusus yaitu media untuk menentukan tipe
pertumbuhan mikroorganisme dan kemampuannya untuk mengadakam
perubahan-perubahan tertentu.
6) Media untuk bakteri Anaerob yaitu beberapa
bahan kimia dapat ditambahkan untuk menguji kandungan O2 dengan pengikatan
kimiawi (Anonim, 2007).
Berbagai jenis ose yang dikenal serta
penggunaannya disesuaikan dengan mikroorganisme yang akan diteliti, baik dalam
hal pemindahan maupun pemilihan dari suatu koloni (Hadioetomo, 1993).
Teknik plating dan ose merupakan satu kesatuan
sehingga keduanya memiliki keterkaitan satu sama lainnya (karena teknik plating
dilakukan dengan menggunakan ose) (Hadioetomo, 1993).
2.5
Sediaan (Smear = Preparat)
a.
Pengertian
Sediaan, yaitu sampel/ kultur bakteriyang
diletakkan atau dipulaskan pada permukaan objek gelas/ slide, yang dapat
langsung dilihat dengan mikroskop atau harus dicat dahulu (Soemarno, 2000).
b. Jenis-ienis
sediaan dan pembuatannya.
Ada
2 jenis sediaan, yaitu sediaan hidup dan sediaan mati. Sediaan hidup ada yang
dicat dan tidak dicat, sedangkan sediaan matipada umumnya harus dicat (Soemarno,
2000).
1. Sediaan
hidup tidak dicat:
Di
dalam sediaan ini mikroorganisme yang ada masih hidup dan apabila bergerak
dapat kelihatan bergerak. Sediaan hidup dapat dibuat dengan 3 cara:
a.
Tetesan tegak
-
Disiapkan objek glass/ slide yang bersih dan
bebas lemak
-
Ose disterilkan dengan memijarkan menggunakan
lampu spritus, ditunggu sampai kira-kira dingin.
-
Dengan ose yang sudah dingin diambil sampel/
kultur bakteri, 1 ose penuh (diameter 3 mm). Diletakkan ditengah-tengah objek
glass tersebut diatas.
-
Ose disteril lagi, kemudian ditaruh
ditempatnya.
-
Sediaan siap dilihat dengan mikroskop
menggunakan perbesaran 10 x (lensa okuler) dan 40 x (lensa objektif).
Jika
telah selesai dilihat, sediaan dimasukkan kedalam cairan desinfektan (Soemarno,
2000).
b.
Tetesan tegak dengan kaca penutup
Cara pembuatannya sama dengan tetesan
tegak, hanya sebelum dilihat dengan mikroskop, ditutup dahulu dengan deckglass
/ kaca penutup, kemudian sedikit ditekan (Soemarno, 2000).
c.
Tetes gantung
-
Ose dipijarkan, tunggu sampai dingin.
-
Dengan ose diambil 1 ose penuh sampel kuftur
bakteri cair.
-
Letakkan ditengah-tengah deck glass/ cover
glass yartg bersih bebas lemak.
-
Ose diipijarkan lagi dan diletakkan
ditempatnya.
-
Objek glass cekung yang bersih, tepi cekungan
diolesi vaseline, ditutupkan deckg lass yang sudah ada tetesan sampel/ kultur
bakteri cair, sehingga tetesan itu terletrak di tengah-tengah cekungan.
-
Obiek glass sedikit ditekan, kemudian dibalik
dengan cepat. Tetesan menggantung ditengah-tengah deckglass diatas cekungan
deck glass.
-
Sediaan siap dilihat dengan mikroskop
menggunakan objektif 10 x dahulu kemudian 40 x (Soemarno, 2000).
2. Sediaan hidup dengan dicat
Biasanya untuk pemeriksaan protozoa (amoeba, flagellata, cilliata), organisme
didalam sediaan ini masih hidup dan berwama seluruh tubuhnya atau sebagian atau
bagian-bagian tubuhnya (Soemarno, 2000).
3. Sediaan mati dicat
Sediaan
ini dibuat dari bahan cair/ padat yang lebih dahulu dibuat suspensi dengan air
garam fisiologis (NaCl 0,85 - 0,9 %). Untuk dapat dilihat dengan mikroskop,
sediaan ini harus dicat (Soemarno, 2000).
2.6
FIKSATIF
Adalah suatu cara yang dilakukan untuk
meletakkan sampel pada kaca objek, sehingga tidak mudah lepas pada waktu dicuci
apabila sediaan dicat (Soemarno, 2000).
Fungsi
fiksatif:
-
Melekatkan sampel (bakteri atau sel) pada
kaca objek dalam benfuk yang tetap, tidak berubah seperti aslinya.
-
Mengawetkan sediaan.
-
Mematikan organisme yang ada didalam sampel.
-
Memudahkan bakteri/ sel menyerap warna.
Metode
fiksatif:
a) Dengan
api bunsen/ spritus:
Sediaan
yang sudah kering dilewatkan perlahan-lahan pada nyala api spritus 3 kali
berturut-turut.
b) Dengan
basa lemah:
Methyl
alkohol, acetyl alkohol, alkohol absolut, ether, formalin, aceton. Caranya:
sediaan yang sudah kering digenangi dengan salah satu basa lemah tersebut
diatas selama 3 menit.
c) Asam:
Asam
kromat (chromat) 1%, asam pikrat, asam cuka, caranya seperti no. 2
d) Garam:
Garam
bichromat, sublimat, dsb. Caranya seperti no.2. Pemilihan metode fiksatif dan
cat yang tepat, akan menghasilkan pengecatan yang baik dan benar (Soemarno,
2000).
BAB III
METODE KERJA
3.1
Alat
-
Mikroskop
-
Objek glass
-
Cover glass
-
Cawan petri
-
Pipet tetes
-
Botol kaca
-
Lampu Bunsen
3.2
Bahan
-
NaCl steril
-
Suspensi Bakteri Gram Positif (+)
-
Tissue
-
Masker
-
Handscoon
3.3
Cara Kerja
Tetesan
tegak
-
Disiapkan objek glass/ slide yang bersih dan
bebas lemak
-
Diberi 1 tetes NaCl steril ditengah-tengah
object glass
-
Disterilkan ose dengan memijarkan menggunakan
lampu spritus, ditunggu sampai kira-kira dingin.
-
Diambil sampel/ kultur bakteri dengan ose
yang sudah dingin, 1 ose penuh (diameter 3 mm). Mengambil bakteri harus
membelakangi lampu bunsen.
-
Diletakkan ditengah-tengah objek glass
tersebut .
-
Dihomogenkan bersama dengan NaCl steril
menggunakan ose
-
Disterilkan lagi jarum ose, kemudian ditaruh
ditempatnya.
-
Dilihat sediaan dengan mikroskop menggunakan
perbesaran 10 x (lensa okuler) dan 40 x (lensa objektif).
-
Dimasukkan sediaan kedalam cairan desinfektan jika telah selesai
dilihat.
3.3
Interprestasi Hasil
Gambar 3.1
Bakteri hidup bergerak aktif
Gambar 3.2
Bakteri tidak hidup atau mati
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
Gambar 4.1
Cawan Petri berisi Blood Agar dan suspensi bakteri
|
Gambar
4.2
Gerak Bakteri Bakteri bergerak aktif dengan perbesaran 40x
Gambar 4.3
Bakteri Tidak Bergerak Karena Bakteri telah matiperbesaran 40x
|
4.2.
Pembahasan
Praktikum
kali ini digunakan untuk mengamati gerak pada bakteri. Dalam praktikum ini
digunakan metode “tetesan tegak”. Metode ini bertujuan untuk mengamati gerak
bakteri secara bebas.
Sediaan
hidup tegak tanpa atau dengan kaca tutup digunakan untuk melihat gerak bakteri,
sedimen urin, agglutinate, bile solubility test, dsb. Sediaan hidup tetesan
tegak dengan kaca tutup lebih baik daripada yang tanpa tutup, karena bahan yang
diperiksa tidak lekas kering, tidak terpengaruh aliran udara luar, mempunyai
ketebalan yang sama, tidak mengotori objektif (Anonim, 2011)
Dalam praktikum ini, pada pemindahan
bakteri ke kaca preparat harus selalu dekat dengan lampu bunsen untuk
menghindari bakteri yang keluar dari wadah, dan tidak terhirup oleh praktikan.
Pemijaran atau fiksasi jarum ose harus selalu dilakukan agar pada saat
pembuatan media sediaan bakteri yang diinginkan tidak terkontaminasi dengan
bakteri lain dari luar (Anonim, 2011)
Sediaan
bakteri hidup dapat dilihat apabila dilakukan kultur atau pembuatan sediaan
dilakukan dengan benar dan menghasilkan mikroorganisme bakteri tetap hidup
ketika diperiksa, apabila kultur atau pembuatan sediaan bakteri salah maka bakteri
akan mati ketika diperiksa (Anonim, 2009).
Penanaman
bakteri atau biasa disebut juga inokulasi. Inokulasi adalah pekerjaan
memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat
ketelitian yang sangat tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi)
terlebih dahulu diusakan agar semua alat yang ada dalam hubungannya dengan
medium agar tetap steril, hal ini agar menghindari terjadinya kontaminasi
(Jawetz, 1982)
Ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum melakukan
teknik penanaman bakteri (inokulasi) yaitu :
1. Menyiapkan ruangan
Ruang tempat penanaman bakteri harus bersih
dan keadannya harus steril agar tidak terjadi kesalahan dalam pengamatan atau
percobaaan. Dalam laboratorium pembuataan serum vaksin dan sebagainya.
Inokulasi dapat dilakukan dalam sebuah kotak kaca (encast) udara yang
lewat dalam kotak tersebut dilewatkan saringan melalui suatu jalan agar tekena
sinar ultraviolet.
2. Pemindahan dengan dengan pipet
Cara ini dilakukan dalam penyelidikan air
minum atau pada penyelidikan untuk diambil 1 ml contoh yang akan diencerkan
oleh air sebanyak 99 ml murni.
3. Pemindahan dengan kawat inokulasi
Ujung kawat inokulasi sebaliknya dari
platina atau nikel. Ujungnya boleh lurus juga boleh berupa kolongan yang
diametrnya 1-3 mm. Dalam melakukan penanaman bakteri kawat ini terlebih dahulu
dipijarkan sedangkan sisanya tungkai cukup dilewatkan nyala api saja setelah
dingin kembali kawat itu disentuhkan lagi dalam nyala (Jawetz, 1982)
Dalam praktikum ini, sel bakteri yang
diletakkan diatas NaCl steril di atas preparat sediaan “tetesan tegak” akan
membentuk sistem koloid. Partikel NaCl kemudian bertumbukan dengan molekul
koloid, yang gerakannya adalah gerakan lenting sempurna. Tetapi karena ukuran
bakteri lebih besar dari molekul NaCl, maka gerakannya lambat (Anonim, 2011).
Gerak bakteri pada bakteri yang bersifat
motil diakibatkan oleh adanya struktur atau organ sel bakteri yang berbentuk
benang yang disebut flagella. Karena flagella pada bakteri berfungsi untuk
bergerak. Flagella berbentuk panjang
dan ramping (Anonim, 2011).
Pada umumnya memiliki panjang sekitar 12
sampai 30 nm. Flagella dapat dilihat
pada mikroskop cahaya jika ditambah dengan substansi khusus yaitu mordan yang
merupakan substansi yang dapat mempertajam pengamatan yang berfungsi untuk
membesarkan garis lengan flagella, setelah
itu pada sediaan digunakan suatu zat pewarna sehingga flagella dapat terlihat (Anonim, 2011).
Banyak spesies bakteri yang bergerak
menggunakan flagel. Hampir semua bakteri yang berbentuk
lengkung dan sebagian yang berbentuk batang ditemukan adanya flagel. Sedangkan bakteri
kokus jarang sekali memiliki flagel. Ukuran flagel bakteri sangat kecil, tebalnya
0,02 – 0,1 mikro,
dan panjangnya melebihi panjang sel bakteri (Anonim, 2007).
Dari hasil pengamatan dalam praktikum ini,
dari suspensi bakteri yang diamati memiliki kemampuan bergerak. Dari pengamatan
bentuk bakteri diketahui bahwa bakteri yang diamati adalah berbentuk coccus. Dari hasil pengamatan tersebut,
diketahui bahwa bakteri yang diamati bergerak bebas. Namun demikian, dalam
praktikum ini tidak dilakukan pengamatan alat gerak bakteri. Kemampuan suatu
organisme untuk bergerak sendiri disebut motilitas (daya gerak). Hampir semua
sel bakteri spiral dan sebagian dari sel bakteri basil bersifat motil,
sedangkan bakteri yang berbentuk kokus bersifat tidak bergerak (immotil)
(Anonim, 2007).
Pergerakan bakteri yang diamati berbeda
dengan ‘gerak’ pada bakteri yang bersifat immotil/tidak bergerak. Pergerakan
pada bakteri yang bersifat motil menunjukkan pergerakan yang lebih kompleks,
menuju ke arah tertentu (bukan gerak brown) sedangkan ‘gerak’ pada bakteri yang
bersifat tidak motil adalah gerak maju mundur secara zig-zag yang disebut
dengan gerak brown (Anonim, 2007).
Gerak brown terjadi karena adanya benturan
dengan molekul air yang bergerak dengan arah zig-zag, gerakan ini disebabkan
adanya tumbukan antara molekul-molekul pelarut dengan molekul koloid. Tumbukan
yang terjadi adalah lenting sempurna, artinya tenaga kinetik molekul pelarut
dan partikel koloid sama tapi karena partikel koloid lebih besar maka
gerakannya lebih lambat jika dibandingkan dengan molekul pelarut (Anonim,
2007).
Pada praktikum kali ini, bakteri yang
dilihat dengan mikroskop adalah bakteri yang berbentuk coccus sehingga gerak bakteri yang dilihat bergerak zig-zag
sehingga disebut gerak brown, karena bakteri coccus memiliki flagel yang sangat kecil (Anonim, 2007).
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Mataram:
Universitas Mataram Press.
Anonim, 2011. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi.
Samarinda: STIKES Wiyata Husada Samarinda.
Anonim, 2009. http://id.wikipedia.org/wiki/Mikroskop_elektronTeknik_ pembuatan_preparat_yang_digunakan_pada_mikroskop_elektron. Diakses
tanggal 15 Juni 2011
Dwidjoseputro, D. 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang:
Djambatan.
Hadiotomo, Ratna Siri., 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta: Gramedia.
Jawetz E., Melnick J.L.,
Adelberg E.A., 1982. Mikrobiologi untuk
profesi kesehatan. Jakarta: EGC Press.
Jawetz E., Melnick J.L.,
Alderberg E.A., 2001. Mikrobiologi
kedokteran. Surabaya: Airlangga University Press.
Soemarno. 2000.
Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinik. Yogyakarta: Akademi Analis Kesehatan Yogyakarta DEPKES
RI.